LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PENANGANAN
INDUK KAMBING PE (PERANAKAN ETTAWA) LAKTASI
DI
PETERNAKAN GOPALA GUNUNG PENGSONG
I WAYAN
GEDE ADI GUNAWAN
B1D 010
013
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kambing
perah sudah tidak terasa asing bagi
sebagian masyarakat Indonesia ,
termasuk masyarakat Nusa Tenggara Barat. Namun kenyataannya, khasiat susu
kambing ini telah disadari oleh sebagian masyarakat Indonesia berkhasiat dan
dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti ashma, alergi, gangguan
pencernaan, mencegah kanker, berfungsi untuk bahan kosmetik dan meningkatkan
pertumbuhan tulang bagi anak-anak balita (Asih, 2004). Susu kambing ini masih
sangat eksklusif karena ketersediaannya masih sangat terbatas, sehingga
harganya menjadi relative lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Di
Indonesia susu kambing dikonsumsi sebagai obat alternatif, bukan
sebagaipelengkap gizi. Umumnya, orang mengonsumsi susu ini untuk membantu
penyembuhan penyakit asma, tuberkolosis (TBC), eksim, membantu penyehatan
kulit, mencegahpenuaan dini dan mencegah osteoporosis. Pada masa laktasi
kambing PE mampu menghasilkan 0,8 - 2,5 liter susu perhari, dengan harga jual
antara Rp15.000 - 20.000 per liter. Sebagai gambaran jika seorang peternak memelihara
7-10 ekor, diperkirakan yanglaktasi 5 ekor dan rata-rata menghasilkan 1
liter per hari, maka penghasilanpeternak tersebut setiap hari adalah sekitar 5
liter susu dengan hargarata-rata Rp. 15.000 perliter, maka pendapatan peternak
tersebut adalah sekitar Rp.75.000/hari. (Zainal Mutakim, 2013).
Hal ini memberikan
peluang bisnis yang sangat menarik bagi masyarakat Indonesia untuk beternak
kambing perah, terutama Kambing Peranakan Etawah (PE) yang telah cukup lama
beradaptasi dengan iklim Indonesia, dan sudah mulai disenangi oleh sebagian
masyarakat NTB.
Pemeliharaan
kambing Peranakan Etawa beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan
yang cukup pesat. Hal ini disebabkan
oleh ternak kambing PE ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia
karena mempunyai beberapa keunggulan yaitu:
1. Merupakan
ternak multi purpose yaitu sebagai ternak penghasil daging, susu dan hasil
ikutannya berupa kulit dan kompos.
2. Bisa
memproduksi susu lebih tinggi perbobot badan dibandingkan dengan ternak besar
seperti sapi atau kerbau yaitu sekitar 1-4 liter perhari.
3. Lebih
efisien dalam memproduksi susu bila hijauan dan lingkungannya kurang baik
dibandingkan dengan sapi perah.
4. Mudah
untuk dipelihara sehingga dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga.
5. Kambing
juga dapat dijadikan lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan, dibandingkan
dengan ternak ruminansia besar.
6. Modal
yang dibutuhkan relative lebih kecil dibandingkan dengan ternak ruminansia
besar.
7. Perkembangbiakannya
lebih cepat, umur pertama kali beranak lebih cepat yaitu 1,5 tahun dengan
jumlah anak 1-4 ekor perkelahiran.
8. Dapat
pula dijadikan sebagai tabungan keluarga serta sebagai sumber protein hewani di
pedesaan sehingga dapat meningkatkan status gizi, kesehatan dan kecerdasan
masyarakat.
Pada
dasarnya kambing PE ini merupakan ternak dwi guna. Artinya, kambing PE dipelihara
dengan dua tujuan, yaitu menghasilkan susu dan daging. Kambing PE
memiliki kemampuan memproduksi susu antara 1,0 – 3,0 liter perhari. Dengan
kemampuan produksi susu tersebut maka kambing PE cukup berpotensi untuk
dikembangkan sebagai ternak penghasil susu atau sebagai ternak perah (Setiawan,
2003). Permasalahan yang dihadapi peternak sekarang ini adalah bagaimana teknik
pemeliharaan yang baik dan benar agar produksi susunya sesuai dengan harapan
belum dipahami. Menurut Asih (2004), system pemeliharaan kambing perah berbeda
pada setiap status physiologi yang berbeda seperti: anak pra-sapih, anak
setelah sapih, anak sedang tumbuh, kambing dara, bunting dan laktasi. Kambing
yang sedang laktasi sangat peka dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan kambing laktasi dapat menurunkan produksi susu,
dan akan berpengaruh terhadap produksi susu dan berpengaruh pula pada pertumbuhan
anak pra-sapih. Berdasarkan hal tersebut, dipandang perlu untuk melakukan
praktek kerja lapang (PKL) mengenai “penanganan induk kambing PE yang sedang
laktasi di peternakan kambing Gopala, yang sedang memelihara relative cukup
banyak kambing PE.
1.2 TUJUAN DAN KEGUNAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
1.2.1 Tujuan Pelaksanaan PKL
1. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan
induk kambing
PE laktasi (Peranakan Ettawa) di Peternakan Kambing “Gopala”.
2.
Untuk
mengetahui cara penanganan kesehatan kambing Peranakan Etawa secara optimal.
3.
Untuk mengetahui teknik-teknik pemerahan pada
kambing perah
4.
Untuk
mengetahui penanganan induk kambing sebelum dan sesudah melahirkan
1.2.2 Kegunaan Pelaksanaan PKL
1.
Meningkatkan
ilmu pengetahuan tentang manajemen
pemeliharaan induk Kambing
Peranakan Etawa laktasi.
2.
Meningkatkan
keterampilan dalam menangani Induk Kambing Peranakan Etawa yang sedang laktasi.
1.3 Manfaat
Kegiatan
Adapun manfaat dari kegiatan
ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1.
Mahasiswa
dapat mengembangkan lebih lanjut ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah
melalui praktek kerja lapang,
2.
Memberi
kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
secara langsung tentang penanganan induk laktasi pada ternak kambing Peranakan Etawa.
3.
Mahasiswa
dapat melihat secara langsung penanganan induk laktasi pada kelompok ternak
kambing Peranakan Etawa di Peternakan
“Gopala” kemudian membandingkan dengan ilmu yang didapat dibangku kuliah.
1.3.2 Manfaat Bagi Tempat Praktek Kerja Lapang
1.
Pelaksanaan
PKL ini cukup bermanfaat bagi tempat praktek kerja lapang karena
mendapatkan tenaga kerja tambahan dalam hal pemeliharaan ternak kambing
khususnya dalam pemeliharaan induk kambing perah ( kambing Peranakan Ettawa).
2.
Peternak
dan praktikan dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman untuk memperoleh
hasil produk yang lebih baik.
1.3.3 Manfaat Bagi Fakultas
1. Sebagai bahan masukan dari luar kepada
Fakultas dalam meninjau kembali kurikulum yang telah ada.
2.
Sebagai sumber informasi bagi pembaca yang tertarik dalam
usaha pengembangan Kambing Peranakan Etawa.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Usaha
beternak kambing
Kambing
banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan Indonesia (Mulyono, 2003), karena
pemeliharaannya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan ternak ruminansia
besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong
cepat. Menurut Sarwono (1999), nilai ekonomis, social, dan budaya beternak
kambing sangat nyata, karena peningkatan pendapatan keluarga bisa mencapai 14-25
% dari total pendapatan keluarga, semakin rendah perluasan lahan pertanian dan
nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing.
Kambing EtawaBerasal dari
wilayah Jamnapari India .
Kambing ini paling popular di Asia Tenggara, termasuk tipe dwiguna yaitu
penghasil susu dan penghasil daging. Ciri-cirinya postur tubuh besar, telinga
panjang menggantung, bentuk muka cembung, bulu bagian paha sangat lebat, BB
jantan mencapai 90 kg, BB betina 60 kg. produksi susu mencapai 235 kg/ms
laktasi. Di Indonesia untuk perbaikan mutu kambing local maka menghasilkan
kambing PE (Peranakan Etawa). Sentra terbesar kambing PE adalah di Kaligesing
Purworejo Jawa Tengah (Anonim,2008).
Kambing
Peranakan Etawa adalah ternak dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai
penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing
PE adalah bangsa kambing yang paling populer
dan dipelihara secara luas di India
dan Asia Tenggara (Devendra dab Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna
bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih; hidung melengkung; rahang
bawah lebih menonjol; baik jantan maupun betina memiliki tanduk; telinga
panjang terkulai; memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjoyo, 1984). Kambing PE telah
beradaptasi dengan baik terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Menurut
Sarwono (1999), bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang
bunting atau menyusui serta anaknya baik, maka bobot anak kambing bisa mencapai
10-14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Williamson dan payne (1993)
menyatakan untuk kambing pedaging ada kecendrungan menunda penyapihan untuk
memberikan kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari
susu induknya. Sedangkan untuk kambing perah, penyapihan harus dilakukan lebih
awal, tanpa mengganggu pertumbuhan anaknya, agar kelebihan produksi induk dapat
dimanfaatkan oleh peternak untuk meningkatkan pendapatan atau keperluan gizi
keluarga (Asih, 2004).
2.2 Sistem
Pemeliharaan Ternak Kambing PE
Menurut
Williamson dan Payne (1993), sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya
dilakukan di daerah yang padang
pengembalaannya luas, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung
kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar. Sistem pemeliharaan
secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum
disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).
Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif
dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono 2003).
Sistem
pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa
pengembalaan dan lebih terkontrol (Williamson dan Payne 1993). Kambing jantan
dan betina dipisahkan begitu juga betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup
umur untuk dikembang biakkan. Kambing pejantan harus dipisahkan dengan yang
betina (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot badan pada sistem
pemeliharaan intensif ini bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata
120 gram perhari (Sarwono, 1999).
Sistem
pemelihraan semi intensif merupakan gabungan dari ekstensif dan intensif yaitu
dengan pengembalaan terkontrol dan pemberian konsentrat tambahan (Williamson
dan Payne 1993). Pertambahan bobot badan sistem ini bisa mencapai 30-50 gram
per hari.
2.3 Pemeliharaan
Induk Kambing Laktasi
Pemliharaan
induk kambing laktasi dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk memenuhi
kebutuhan susu anaknya dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya yaitu
dengan melakukan penanganan pada waktu melahirkan, kemudian memperhatikan pakan
dan air minum yang diberikan dan juga
sanitasi (kebersihan) kandang supaya terhindar dari sumber-sumber penyakit yang
bisa mengurangi produktifitas induk kambing laktasi laktasi tersebut (Anonim,
2009).
2.4 Pemberian
pakan pada induk kambing PE
Sarwono
(1999) menyatakan, kambing membutuhkan jenis hijauan yang beragam. Kambing
sangat menyukai daun-daunan dan hijauan selain itu kambing juga memerlukan
pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Pakan penguat bisa berupa
dedak, bekatul padi, jagung atau ampas tahu dan dapat juga campurannya. Sodiq
(2002) menjelaskan, kambing tergolong hewan herbivore atau hewan pemakan
tumbuhan. Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, tergantung dari jenis
ternaknya, umur ternak, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui),
kondisi tubuh dan lingkungan tempatnya hidup.
Pakan
sangat dibutuhkan kambing untuk tumbuh dan berkembang biak (Sarwono, 1991).
Pakan yang sempurna mengandung gizi seperti protein, karbohidrat lemak, vitamin
dan mineral yang seimbang (Mulyono, 2003). Pemberian pakan yang efisien
mempunyai pengaruh lebih besar dari pada faktor-faktor yang lainnya, dan
merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra
dan Burns, 1994).
2.5 Penanganan
kesehatan induk kambing PE
Ternak
kambing merupakan ternak yang umumnya dipelihara di pedesaan, sehingga banyak
ditemukan penyakit-penyakit seperti scabies (kudis), belatungan (myasis),
cacingan dan keracunan tanaman. Pengobatan yang biasa diberikan di pedesaan
yaitu pengobatan tradisional, meskipun banyak obat-obatan terjual di toko.
Namun demikian usaha pencegahan perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan
ternak dan lingkungannya, pemberian pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas),
bersih dan tidak beracun (Anonim, 2009).
Menurut
Muljana (2001), Pengobatan ternak kambing khususnya penyakit scabies bisa
menggunakan obat seperti Asuntol, Tiguvon, Neguvon, Termadex, Benzyl Benzonate
dan bisa dilakukan dengan cara menempatkan ternak ditempat yang hangat dan
pakan bergizi tinggi, rambut kambing dicukur dan dimandikan serta bisa juga
menggunakan obat-obatan seperti serbuk belerang dicampur kunyit dan binyak
kelapa yang dipanasi, kemudian dioleskan.
Penyakit
belatung disebabkan oleh luka yang berdarah dan infeksi kemudian dihinggap
lalat sehingga tumbuh larva belatung. Pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan Gusanex dan obat anti biotik lainnya, atau bisa dilakukan dengan
cara membersihkan luka kemudian obati dengan gerusan kamper/kapur barus
kemudian luka ditutup dengan perban dan diulangi pada hari selanjutnya (Anonim,
2009).
Simon
(2009) menjelaskan, Parasit pada sluran pencernaan kambing dapat mengganggu
kesehatan dan menurunkan produktivitas atau menyebabkan kematian pada kasus
akut. Penyakit ini bisa disebabkan oleh pakan hijauan yang telah terinfeksi
larva parasit. Ciri penyakit ini adalah kepucatan pada lingkar putih mata,
dibagian dalam mulut, rectum dan vagina serta kadang-kadang disertai mencret.
Pengobatan penyakit ini bisa dilakukan dengan memberikan anti parasit setiap
2-3 bulan sekali. Jenis anti parasit yang diberikan sebaiknya rotasi setiap
tahun untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap anti parasit yang diberikan.
2.6 Pemeliharaan
Induk Bunting
Kebuntingan
pada seekor induk dapat dianggap terjadi apabila induk tidak menunjukkan tanda
birahi kurang lebih 3 minggu setelah terjadi perkawinan. Proses kebuntingan
pada induk menimbulkan banyak perubahan fisiologis, sehingga setiap cekaman
dari luar harus dapat dicegah semaksimal mungkin. Kepekaan induk bunting terhadap
berbagai potensi cekaman ini semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia
kebuntingan. Kebuntingan biasanya menyebabkan kapasitas saluran cerna untuk
menampung pakan menurun, sehingga secara fisik menekan konsumsi pakan,
sedangkan kebutuhan nutrisi meningkat, sejalan dengan bertambahnya bobot fetus
di dalam kandungan. Masa bunting pada induk
kambing sekitar 5 bulan (146-155 hari), namun periode paling kritis terjadi
selama 6-8 minggu sebelum melahirkan, karena 80% pertumbuhan janin terjadi
dalam masa tersebut. Oleh karena itu, mengetahui saat terjadi perkawinan
menjadi sangat penting dalam menduga umur kebuntingan seekor induk .Kambing
yang bunting harus ditempatkan di kandang terpisah untuk menghindari gangguan
kambing lainnya untuk menghindari perkelahian sesama kambing. Perlu juga dijaga
agar kandang tidak licin, karena bisa menyebabkan kambing yang sedang bunting
tergelincir yang mengakibatkan keguguran. Untuk melancarkan proses kelahiran,
setiap hari kambing bunting sebaiknya dikeluarkan dari kandang dan dibawa berjalan-jalan
selama satu jam. Masa kebuntingan kambing selama 5 bulan.Selama periode
bunting, kambing juga membutuhkan pakan yang lebih banyak dan lebih berkualitas
untuk menunjang seluruh proses didalam tubuhnya. Di samping itu untuk menunjang
proses laktasi setelah beranak. Pakan berupa hijauan yang bervariasi (dalam
jumlah 10% berat badan) dan kosentrat 0,5-0,6 kg perhari sudah mampu mencukupi
kebutuhan kambing bunting ( Sodiq dan Abidin.2002).
2.7 Pemeliharaan Induk Masa Laktasi
Masa
laktasi adalah masa kambing perah mampu menghasilkan susu. Sesaat setelah
melahirkan , ambing kambing sudah menghasilkan cairan yang disebut kolostrum. Kolostrum
bisa keluar dengan cara diisap oleh cempe atau diperah. Untuk kambing-kambing
perah, sebaiknya kolostrum dikeluarkan dengan cara diperah dan diberikan kepada
cempe dengan menggunakan ambing buatan berupa botol susu bayi. Tujuannya untuk
menghindari kotornya ambing yang akan menyebabkan susu kambing yang akan dihasilkan tercemar. Kolostrum
dihasilkan oleh ambing selama 2-7 hari, setelah itu ambing akan menghasikan
susu normal. Atas dasar pertimbangan ekonomi , sebaiknya cempe diberi susu
buatan, sedangkan susu kambing yang dihasilkan seluruhnya dijual (Sodiq dan
Abidin.2002).
2.8 Penanganan kelahiran
2.8.1
Penanganan
induk menjelang kelahiran
Pada
saat sudah tampak bunting tua dan diprediksi sudah siap melahirkan , diusahakan
ternak tersebut dapat langsung dimasukkan kedalam kandang khusus melahirkan.
Pemisahan dan perlakuan khusus dikandang tersendiri ini bertujuan agar ternak menjadi
tenang dan nyaman saat menannti saat-saat terjadi kelahiran. Pemisahan ini pun
berguna untuk memudahkan peternak melakukan pemantauan terhadap ternak dan
dapat sigap saat mengatasi situasi darurat.(Tony Setiawan.2003)
2.8.2
Penanganan
induk setelah melahirkan
Biasanya
kambing melahirkan anak dalam keadaan normal dan alamiah sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Artinya saat melahirkan sangat jarang terjadi
ari-arinya masih tertahan pada organ reproduksi. Namun diperlukan beberapa
perlakuan pada saat dan sesudah induk melahirkan anaknya (cempe).
Setelah 30 menit
sejak melahirkan, susu kolostrum diperah
dari induk. Kolostrum merupakan susu pertama yang keluar dari ambing induk
betina setelah melahirkan. Jumlah kolostrum diperah cukup 50 % dari jumlah susu
biasanya. Ini dimaksudkan agar kambing yang baru saja melahirkan tidak mudah
terserang penyakit milk fever akibat
seuruh prodksinya susunya diperah.( Tony Setiawan.2003).
2.8.3
Tanda-tanda kambing akan melahirkan.
Setelah kandungan berusia kurang lebih 5 bulan, induk kambing
biasanya menunjukan tanda-tanda melahirkan cempenya. Tanda-tanda umum adalah
sebagai berikut:
·
Ternak gelisah,
sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai kandang/tanah
sambil mengembik-embik.
·
Vagina berlendir dan
memerah disertai dengan mencekungnya pinggul atas.
·
sering memperhatikan
bagian belakangnya sambil mengembik.
·
Proses kelahiran
biasanya dilakukan dalam posisi induk terbaring.
Gambar tanda-tanda induk akan melahirkan
Sumber gambar: Raising Goat for milk and meat, page 50 by:
Rosalee sinn
2.8.4
Proses Kelahiran
Setelah tanda-tanda
tersebut diatas, biasanya segera akan terjadi proses kelahiran cempe. Jumlah
anak yang dilahirkan biasanya adalah 2 ekor, namun sering juga terjadi 1,3 atau
4 ekor per kelahiran. Proses awal kelahiran adalah keluarnya ketuban dari
vagina induk. Biasanya berbentuk bulat seperti bola berisi air, tak berapa lama
gelembung keluar akan pecah diikuti oleh proses kelahiran cempe. Pada
posisi cempe normal, akan keluar dengan sendirinya tanpa memerlukan
bantuan peternak. Posisi cempe yang normal pada perut induk menjelang kelahiran
adalah sebagai berikut:
Sumber gambar: Raising
Goat for milk and meat, page 51 by: Rosalee sinn
Penjelasan gambar diatas
memperlihatkan posisi cempe pada kelahiran normal biasanya 2 kaki depan keluar
dahulu diikuti bagian kepala dan yang lain hingga keluar sempurna. Selain itu
posisi keluar yang didahului oleh 2 kaki belakang masih dikategorikan sebagai
posisi normal. Selisih kelahiran antara cempe satu dengan yang lainnya biasanya
dalam hitungan menit hingga setengah jaman.
Namun demikian, sering
juga induk mengalami kesulitan kelahiran sebagai akibat dari posisi atau letak
cempe yang tidak normal didalam kandungan. Pada keadaan seperti ini mutlak
dibutuhkan bantuan manusia (peternak), hal ini untuk memudahkan kelahiran dan
menghindarkan terjadinya kegagalan kelahiran akibat induk kehabisan tenaga dan
cairan hingga menyebabkan kematian bagi induk dan cempe. Gambar posisi
kelahiran tidak normal adalah sebagai berikut:
Sumber gambar: Raising
Goat for milk and meat, page 52 by: Rosalee sinn
2.8.5
Penanganan persalinan untuk posisi
tidak normal pada kambing
Pastikan tangan anda
bersih dan kuku anda pendek, potong kuku jika panjang kemudian lanjutkan dengan
mencuci tangan dengan menggunakan sabun.
Sumber gambar: Raising
Goat for milk and meat, page 53 by: Rosalee sinn
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi dan Waktu PKL
Peraktik Kerja Lapang dilaksanakan selama 1 bulan 15 hari dengan kisaran 6
jam kerja per hari. Praktik Kerja Lapang
(PKL) dimulai pada tanggal 16 Juni 2013 dan berakhir pada tanggal 31 Juli 2013
di Peternakan “GOPALA” Gunung Pengsong,
Lombok Barat.
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam PKL ini adalah
partisipasi aktif dalam melakukan proses pemeliharaan dan
observasi secara langsung yaitu dengan melakukan seara langsung proses
pemeliharaan di Peternakan Kambing “Gopala”. Kegiatan yang dilakukan dalam PKL
ini antara lain : pengenalan ternak, kegiatan mengelola induk laktasi dan
penanganan induk laktasi , mengelola anak kambing Pra-sapih dan kebersihan.
3.3
Sebelum Pelaksanaan PKL
3.3.1
Pengenalan ternak
Pengenalan ternak merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk memulai
sebuah kegiatan, untuk mengetahui gambaran umum mengenai ternak
yang akan dipelihara pada saat PKL. Kegiatan
ini dilakukan oleh fasilitator PKL dengan cara menjelaskan gambaran tentang
ternaknya sambil memperlihatkan kepada praktikan dan juga menghitung
berapa jumlah ternak yang akan dipelihara.
3.4
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
·
Menentukan jumlah induk kambing PE
Penentuan jumah induk kambing
sangat perlu diketahui karena akan bersangkutan dengan kambing tersebut laktasi
atau sebaliknya. Kambing yang laktasi akan terlihat menyusui anaknya sedangkan
yang tidak laktasi akan terihat tidak menyusui anaknya.
.
·
Menimbang berat awal induk kambing PE
Penimbangan ternak dilakukan
dengan timbangan yang terbuat dari
logam, penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat dari kambing yang
berada di lokasi PKL. Penimbangan diakukan dengan memasukkan kambing kedalam karung
yang sudah di beri ubang agar mudah mengontrol ternak untuk ditimbang
·
Mendeteksi induk kambing PE bunting dan laktasi
Pendeteksian induk diakukan dengan mengamati induk yang
terihat perutnya besar dan buncit kambing tersebut bunting. Kambing yang
bunting terihat putting susunya akan mengembang secara perlahan.
·
Melakukan penanganan induk kambing PE sebelum melahirkan
- Mengamati tingkah laku induk kambing PE menjelang melahirkan
Induk kambing yang akan
melahirkan memisahkan diri dari keompok dan mencari tempat-tempat pojok untuk
dapat melahirkan. Induk kambing menggosokkan badannya pada tembok atau pohon
dan sambil mengeden, pada vulva induk kambing keluar cairan bening berbentuk
balon besar. Setelah cairan yang dibungkus tersebut pecah maka kelahiran anak
kambing akan lahir.
·
Membantu penanganan induk kambing PE yang akan melahirkan
- Membantu kelahiran yang tidak normal
Kelahiran kambing yang tidak
normal diketahui dengan kaki keluar hanya satu , hal ini perlu bantuan dari
peternak untuk membantu proses keahiran agar menjadi lancar, proses membantu
kelahiran yang tidak normal dibantu dengan memasukkan tangan secara perlahan
pada vulva kambing dan secara perlahan menarik seiring dengan kambing mengeden
agar terjadiproses keahiran yang lancar, sebeum memasukkan tangan harus di beri
pelicin seperti sabun, minyak , dan vaselin hal ini bertujuan agar mudah
membantu proses kelahiran yang tidak norma dan mencegah rasa sakit pada
kambing.
·
Melakukan penanganan induk kambing PE setelah melahirkan
- Menyemprotkan gusanex pada lubang vulva agar tidak
terinfeksi oleh lalat
Penyemprotan gusanex pada
lubang vulva bertujuan untuk menghindarkan induk kambing dari lalat setelah
melahirkan karena keadaan induk kambing yang masih mengeluarkan lendir dari
vulva agar larva lalat tidak berkembang.
·
Melakukan penanganan induk kambing PE laktasi
- Pemberian pakan sesuai kebutuhan
Pemberian pakan dan minum induk kambing laktasi ini
dilakukan dengan cara: terlebih dahulu rumput lapangan atau hijauan, yang akan
diberikan dipotong kecil-kecil (5 - 10 cm) dengan menggunakan parang, begitu
juga dalam pemberian kulit pisang dan kulit ubi juga dicacah terlebih dahulu
dengan menggunakan parang. Setelah itu hijauan yang dipotong dimasukkan ke
dalam karung sebagai penampungan sementara, kemudian untuk memudahkan dalam
pemberian pakan digunakan ember sebagai
takaran. Kulit pisang dan ubi diberikan terlebih dahulu, setelah itu diberikan
hijauan, sedangkan konsentrat diberikan sekali sehari pada sore hari.
- Pemberian air minum sesuai kebutuhan
Air minum disediakan secara
adlibitum, setelah air habis dari bak atau ember maka diisi kembali agar ternak
tidak kekurangan air.
- Melakukan pemerahan untuk mengetahui produksi susu yang
dihasilkan.
Pemerahan pada induk kambing
tidak diakukan karena produksi susu dari induk untuk cempe belum maksima
tercukupi kebutuhannya, maka pemerahan tidak dilakukan agar tidak menurunkan
kebutuhan susu untuk anak kambing (cempe)
·
Melakukan penanganan induk kambing yang sedang sakit
- Mengobati induk kambing PE yang sedang sakit
Pengobatan ternak sakit dengan cara disuntik menggunakan
spuit/alat injeksi, penyuntikan ini dilakukan dengan cara intramuscular dan
sub-cutan, kemudian obat yang diberikan disesuaikan dengan penyakit yang
diderita oleh ternak seperti:
1.
Mencret/diare obat yang diberikan adalah Pyroxi
dan sulfa strong dengan dosis 4 cc/50 kg BB.
2.
Gangguan pernapasan obat yang diberikan Medoxi-L
dengan dosis 4 cc/50 kg BB secara intramuskuler.
3.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit/scabies
obat yang diberikan adalah Wormectine dengan dosis 1 cc/50 kg BB secara
sub-cutan.
4.
Kurang nafsu makan vitamin yang diberikan adalah
vitamin B kompleks dengan dosis 3 cc/50 kg BB secara intramuskuler.
5.
Pertumbuhan terganggu, anemia atau kelemahan
umum vitamin yang diberikan adalah vitamin B12 dengan dosis 3 cc/50 kg BB
secara intramuskuler.
6.
Khusus untuk ternak yang mengalami luka
pengobatan dilakukan dengan cara menggunakan Gussanex (obat luka) dengan cara
disemprotkan kebagian tubuh yang luka.
·
Mencegah penyebaran penyakit melalui penanganan lingkungan
ternak seperti:
- Membersihkan tempat pakan, kandang dan lingkungan kandang
Kebersihan ini dilakukan dilingkungan kandang, kandang dan
tempat pakan dan air minum, kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
sisa pakan yang ada dalam tempat pakan dan ditaruh ke dalam karung. Sedangkan
rumput maupun fesesnya yang berceceran
dilantai kandang dikumpulkan dengan menggunakan
penggaruk. Setelah terkumpul sisa rumput yang bercampur dengan kotoran
atau feses dipisahkan dengan menggunakan sapu lidi, dan diangkat ke troli
dengan menggunakan sekop, dan dibuang ketempat pembuangan sampah organic. Feses
yang telah dikumpulkan diangkat ke troli dan dibuang ke tempat pembuatan
kompos. Setelah itu lantai kandang dibersihkan, disiram dengan menggunakan air
mengalir sambil memebersihkan lantainya dengan sapu lidi sampai benar-benar
bersih
·
Mencegah penyebaran penyakit melalui peningkatan manajemen
pemeliharaan ternak seperti:
- Pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan dan penyuntikan
dengan wormectine secara rutin untuk mencegah induk kambing PE terserang
scabies dan pemberian obat cacing secara rutin untuk mencegah penyakit
cacingan.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum
Lokasi Peternakan Kambing “Gopala” di Desa Sengkongo
Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, memiliki batas wilayah disebelah
timur gunung Pengsong dan sebelah barat daerah persawahan. Peternakan kambing
“Gopala” juga berada dibelakang permukiman penduduk, yang sangat strategis guna
dalam proses pemeliharan yang tidak akan mengganggu masyarakat.
keadaan Peternakan Kambing “Gopala” sesuai dengan kondisi
kebutuhan kambing karena berada tepat di kaki pegunungan yang memiliki suhu
relative rendah. Oleh karena itu pakan untuk ternak kambing di Peternakan
kambing “Gopala” sangat berlimpah kerena wilayah Sengkongo merupakan daerah
yang cukup subur. Peternakan ini memiliki tempat yang cukup strategis karena
lokasinya dekat dengan jalan raya serta tidak mengganggu masyarakat setempat
dengan keberadaannya.
4.2 Keadaan Umum Peternakan “Gopala”
Peternakan Kambing “Gopala” berdiri pada tahun 2007, dengan
jumlah awal 17 ekor kambing Peranakan Etawa, yang didatangkan dari Bali yaitu
16 ekor induk dan 1 ekor pejantan, pejantan tersebut dipinjam dari Dinas
Peternakan setempat. Usaha peternakan ini merupakan usaha mandiri yang dikelola
oleh keluarga. Jumlah kambing yang ada sampai sekarang sebanyak 103 ekor dengan rincian kambing sebagai
berikut : jantan dewasa 10 ekor, induk laktasi 11 ekor, kambing betina dewasa
22 ekor, jantan muda 6 ekor, betina muda
16 ekor, kambing dara 22 ekor, cempe pra-sapih 16 ekor. Sebagian besar kambing
dimasukkan dalam kandang kelompok dan sebagian lagi dimasukkan dalam kandang
individu.
Luas lahan yang dimiliki Peternakan ini adalah 64 m X 32 m.
kandang kelompok ada 4 yaitu kandang pejantann dengan luas 16 m X 14 m, kandang
betina dengan luas 3 m X 6 m, kandang betina lepas sapih dengan luas 7 m X 13 m
dan kandang pejantan lepas sapih (muda) dengan luas 6 m X 13 m. sedangkan
kandang individu berjumlah 16 buah dengan luas 1 kandang individu adalah 1 m X
1,5 m. Lokasi perkandangan dengan
pemukiman penduduk berjarak 15 m. Ketersediaan lahan hijauan termasuk cukup
besar, serta sudah dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak. Lahan untuk kandang
kambing sudah cukup untuk menampung kambing yang dimiliki peternakan ini.
Tipe kandang yang dimiliki di Peternakan Kambing “Gopala”
merupakan tipe kandang panggung, sehingga ternak tidak langsung bersentuhan
dengan lantai bawah kandang, tujauannya supaya ternak tidak mudah terserang
penyakit, pengontrolan pakan bisa dilakukan dengan mudah, terdapat kolong untuk
menampung kotoran dan dapat menghindari kebecekan dan memungkinkan ventilasi
kandang yang lebih bagus. Dan ada juga kandang lantai yang dilengkapi bale
dengan tujuan supaya mudah dalam memebersihkan kandang dan tempat berteduhnya
ternak apabila turun hujan.
Kandang di Peternakan Kambing “Gopala” memiliki konstruksi
kandang yang kuat. Dinding kandang terbuat dari kawat yang disusun sedemikian
rupa, supaya sinar matahari dapat masuk, dengan tiang penyangga yang terbuat
dari kayu balok dan lantai yang terbuat dari semen untuk memudahkan dalam
sanitasi. Dinding kandang di Petrnakan Kambing “Gopala” mempunyai tinggi 1,4 m,
sehingga ternak mudah bergerak. Tinggi palung 33 cm, sehingga ternak merasa nyaman,
dan mudah mencapai pakan dipalung dengan ukuran luas kandang perekor kambing 1
m X 1,5 m. Atap kandang di Peternakan Kambing “Gopala” mempunyai ketinggian
2,60 m dan terbuat dari seng. Ketinggian ini bertujuan untuk supaya sirkulasi
udara dalam kandang dapat berjalan lancar, sedangkan penggunaan seng sebagai
atap kandang supaya pemasangannya praktis dan tidak memerlukan waktu yang
relative lama dan evektif terhadap radiasi matahari.
Konstruksi lantai kandang yang digunakan di Peternakan
Kambing “Gopala” cukup baik yaitu dengan lantai panggung dari bambu dengan
celah kurang lebih 1,5 cm, sehingga kaki ternak tidak teperosok dan kotoran
dapat jatuh ke bawah. Kolong berlantai beton sebagai tempat penampungan kotoran
dan urin untuk sementara. Tinggi lantai kandang dengan lantai kolong adalah 90
cm. dengan tujuan karena di daerah tropis curah hujannya tinggi sehingga
kerentanan kambing terhadap lantai basah serta serangan parasit bisa dihindari.
Sedangkan tempat pembuatan kotoran untuk dijadikan pupuk kompos dibuatkan
tempat tersendiri.
Sistem pemeliharaan yang digunakan di Peternakan Kambing
“Gopala” adalah sistem pemeliharaan secara semi intensif. Kambing dibiarkan
berkeliaran di dalam kandang, sehingga memudahkan dalam pemberian pakan,
pemantauan kesehatan ternak dan mengontrol faktor lingkungan yang tidak baik
serta mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak.
4.3
Pemberian
Pakan
Jenis pakan yang diberikan di Peternakan Kambing “Gopala”
adalah Hijauan segar yang berupa rumput lapangan, dedaunan seperti daun mangga,
daun turi, dau lamtoro, daun gamal, daun kelor dll. Hijauan tersebut bisa
didapatkan dengan cara mencari sendiri pakan tersebut dan bisa juga dengan
membelinya pada penduduk setempat. Sementara untuk pakan tambahan berupa kulit
pisang dan kulit ubi (limbah industri makanan kecil) serta kulit nangka yang
diambil sendiri di pasar. Sedangkan konsentrat yang diberikan berupa campuran
dari sisa gorengan, dedak, urea dan mineral dengan perbandingan 49:49:1:1.
Dengan cara memperoleh pakan seperti ini agar menekan pembekakan biaya pakan.
Hijauan yang diberikan kepada ternak kambing Peranakan Etawa
di Peternakan Kambing “Gopala”, baik rumput lapangan maupun dedaunan diberikan
dalam keadaan kering (tidak basah atau berembun) agar ternak terhindar dari
penyakit kembung. Oleh karena itu pemberian hijauan berupa rumput lapangan
dilakukan pada pukul 08.30-09.30 WITA untuk pagi hari, sedangkan pada sore hari
diberikan pukul 16.00-18.00 WITA. Hijauan merupakan pakan yang mengandung serat
kasar atau bahan tidak tercerna relative tinggi sebaliknya konsentrat
mengandung serat kasar yang lebih rendah.
Sebagai makanan tambahan kambing Peranakan Etawa di
Peternakan Kambing “Gopala” juga diberikan kulit pisang dan kulit ubi sedangkan
pakan tambahan berupa konsentrat (campuran gorengan, dedak, urea dan mineral)
sebagai tambahan energi yang mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang
dibutuhkan oleh ternak kambing. Hal ini dilakukan karena hijauan harganya lebih
mahal, karena sebagian bahan konsentrat (rontokan gorengan) merupakan limbah
gratis, hanya biaya transportasi dan tenaga. Sedangkan hijauan rumput lapangan
harus dibeli Rp. 350/kg. dengan penambahan pakan berasal dari limbah ini dapat
menekan biaya pakan.
Pemberian kulit ubi diberikan pada 12.00-13.30 WITA, pemberian kulit ubi pada siang hari dilakukan
karena ketersediaan kulit ubi di pasar sekitar pukul 11.00 WITA. Sebelum kulit
ubi diberikan terlebih dahulu kulit ubi tersebut dicacah dengan ukuran 2 cm
supaya mudah dimakan oleh kambing. Cara ini dapat meminimalisir banyaknya pakan
tang tersisa dan terbuang yang disebabkan oleh ketidak mampuan kambing untuk
memotong sendiri dengan giginya untuk pakan yang ukurannya besar dan relative
keras.
Pemberian konsentrat dilakukan setiap hari yaitu pada sore
hari sekitar pukul 16.00-18.00 WITA, sebelum konsentrat diberikan pada kambing
terlebih dahulu konsentrat dibuat sendiri yaitu dengan campuran 49% gorengan,
49% dedak, 1% urea dan 1% mineral. Jumlah konsentrat yang diberikan pada
kambing sebesar 200 gr – 300 gr/ ekor.
Sementara pemberian kulit pisang dilakukan pada malam hari
sekitar pada pukul 22.00-23.00 WITA, pemberian kulit pisang pada malam hari
dikarenakan oleh ketersediaan kulit pisang dari penjual gorengan yang berkisar
antara pukul 20.00-21.00 WITA. Sama halnya dengan pemberian kulit ubi sebelum
kulit pisang diberikan kepada kambing terlebih dahulu dicacah dengan ukuran 1
buah pisan untuk memudahkan kambing dalam memakan kulit pisang dan mengurangi
banyaknya pakan yang terbuang.
Pakan hijauan (rumput) disediakan oleh petugas yaitu Bapak
Saimi yang berasal dari desa Sengkongo dengan harga pakan Rp. 10.000 per satu
pikul dan petugas menyediakan 3 pikul perhari, jadi setiap hari harga pakan
yang dikeluarkan adalah Rp. 30.000. maka total pembayaran Rp. 900.000 perbulan.
Tapi dengan jumlah kambing yang bisa dikatakan cukup banyak maka kita juga
pergi menyabit rumput dipematangan sawah dan mencari dedaunan yang bisa
diberikan kepada kambing.
Pemberian air minum pada kambing Peranakan Etawa dilakukan
secara adlibitum, jadi terus dikontrol ketersediaannya.
4.4
Pengelolaan
induk laktasi
4.4.1
Pemberian
Pakan Induk Laktasi
Pemberian pakan dan minum induk kambing laktasi sebanyak 1
ember kira-kira 3 kg/ekor/hari hijauan (rumput lapangan), kulit pisang 0,5
kg/ekor/hari, dan kulit pisang juga 0,5 kg/ekor/hari, sedangkan konsentrat
diberikan sekali sehari pada sore hari sebanyak 0,3 kg/ekor/hari. Ketersediaan
pakan pakan maupun air minum pada induk laktasi dilakukan secara adlibitum
(terus-menerus) tetap dikontrol tempat pakan tidak boleh kosong, karena induk
laktasi mebutuhkan pakan yang banyak untuk memproduksi susu dan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuhnya.
4.4.2
Penanganan
Kesehatan Induk Kambing Laktasi
Setelah induk kambing melahirkan, biasanya disekitar vagina
(vulva) terdapat bercak darah sebagai akibat dari keluarnya sisa darah dalam
uterus. Hal ini terjadi sampai 1-2 minggu setelah melahirkan. Dalam keadaan
normal bercak atau cairan tersebut akan semakin berkurang dan seiring dengan
berjalannya waktu. Namun, apabila cairan tersebut tidak berhenti dan tetap
berwarna merah serta volumenya cendrung meningkat disertai dengan bau yang
tajam, maka dicurigai adanya infeksi pasca melahirkan dan perlu diberikan
antibiotika seperti penicillin, atau Medoxy-L agar infeksi tidak bertambah parah.
Untuk menghindari infeksi vulva, induk kambing yang baru melahirkan dicuci
setiap hari, kemudian disemprotkan dengan Gusanex, supaya lalat tidak ada yang
bersarang dan mencegah berkembangnya bakteri yang menyebabkan infeksi pada
vulva.
4.4.2.1
Penanganan
Penyakit Mastitis
Penyakit mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
akibat dari sanitasi/kebersihan yang kurang baik. Penyakit mastitis bisa ditandai
dengan pembengkakan ambing yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri. Gejala
induk kambing laktasi yang terserang mastitis adalah : demam/temperature tubuh
meningkat, ternak terlihat kesakitan bila ambing disentuh dan putting
membengkak. Ambing yang terinfeksi terasa dingin dan berubah warna dari warna
normal merah muda menjadi kemerahan atau menghitam. Warna air susu
kemerahan/kuning kehijauan, dan sangat kental. Di Peternakan Kambing “Gopala”
Pengobatan penyakit mastitis dilakukan dengan menggunakan suntikan antibiotik
yaitu Medoxy-L pada ambing (intramammary) dan cukup berhasil.
4.4.2.2
Penanganan
Penyakit Cacingan
Parasit pada saluran pencernaan kambing dapat mengganggu
kesehatan dan menurunkan produktivitas atau menyebabkan kematian pada kasus
akut. Induk terkontaminasi cacing parasit karena mengkonsumsi hijauan yang
telah terinfeksi larva parasit. Pengendalian cacing parasit di Peternakan
Kambing “Gopala” dilakukan dengan memberikan anti parasit setiap 2-3 bulan
sekali. Jenis anti parasit yang digunakan adalah obat cacing ascaris dengan
cara oral (diminumkan) kemudian pengguanaannya dirotasi setiap tahun dengan
obat cacing dalam bentuk tablet untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap
anti parasit yang diberikan.
4.4.2.3 Penanganan Penyakit Scabies atau
Kudis/Kurap
Penyakit ini disebabkan oleh tungu atau parasit karena
kondisi lingkungan disekitar kandang kotor, kemudian ternak kambing
menggosok-gosok badannya ketembok, dinding atau pohon sehingga luka pada
badannya. Di peternakan Kambing “Gopala” penanganan dan pencegahan penyakit
scabies ini dilakukan menggunakan Wormectine yaitu dengan menyuntikkan
(subcutan) secara rutin setiap 3 bulan sekali. Dan kalau ada kambing yang
sering menggaruk-garuk badannya, menggosok-gosok badan ke dinding, segera
disuntikkan Wormectine secara sub-cutan dengan dosis 1 cc.
4.5
Pengelolaan
Anak Kambing (Cempe) Pra-Sapih
Pertumbuhan anak kambing sejak lahir hingga menjelang
disapih merupakan periode kritis. Pada periode ini kelangsungan hidup maupun
pertumbuhannya sangat tergantung pada gizi yang diperoleh dari air susu induk,
dan pakan lainnya seperti konsentrat, karena rumennya masih belum berfungsi
dengan sempurna.
Manajemen atau pengelolaan anak kambing pra-sapih di
Peternakan Kambing “Gopala”, sangat mendapat perhatian, hal ini bertujuan untuk
meminimalisir angka kematian anak
kambing pra-sapih, selain itu juga untuk mempertahankan rata-rata pertumbuhan
dan perkembangan anak kambing pra-sapih. Dan diusahakan dengan konsumsi air
susu induknya 1,2-1,6 l/hari hingga berumur 7 sampai 10 minggu. Kalau produksi
susunya kurang, terutama yang lahir kembar akan ditambahkan dari induk yang
mempunyai anak tunggal.
4.6
Permasalahan
dan Pemecahannya
4.6.1
Permasalahan
1. Jumlah
kambing tidak sesuai dengan jumlah tenaga kerja.
2. Kebersihan
lingkungan kandang agak jarang dibersihkan karena tenaga kerja terbatas.
3. Tempat
pakan tidak rutin dibersihkan sebelum pemberian pakan (3 hari sekali) sehingga
sisa pakan menumpuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
4. Pakan
diberikan 2 kali sehari , karena keterbatasan waktu pemilik peternakan,
sehingga banyak pakan tercecer (tebuang), yang biasanya kambing tidak mau
memakannya.
5. Penanganan
terhadap induk kambing laktasi perlu ditingkatkan agar kelancaran suatu proses
kelahiran dan kelanjutan hidup ternak yang terlahir.
4.6.2
Pemecahannya
1. Penambahan
tenaga kerja, peternakan kambing “Gopala” hendaknya memiliki seorang pegawai
tetap supaya lebih terkontrol/teratur dalam pemberian pakan, dan pengontrolan
terhadap kesehatan ternak, karena peternakan kambing “Gopala” ini jumlah
ternaknya sudah tergolong cukup banyak mencapai 103 ekor dan kandang areal
kandang yang cukup luas. Dengan tenaga pemilik peternakan kambing PE ini saja
sangat tidak cukup karena pemiliknya merupakan seorang dosen yang waktunya
lebih banyak digunakan dikantor sehingga waktu yang dimiliki untuk mengurus
ternak kambing relatife sedikit.
2. Dengan
penambahan tenaga kerja, kebersihan kandang akan selalu diperhatikan, supaya
lingkungan kandang tetap bersih dan kondusif bagi ternak yang dipelihara, serta
menghindari timbulnya berbagai penyakit berbagai penyakit yang bisa merugikan
ternak kambing dan peternak itu sendiri.
3. Tempat
pakan tetap dibersihkan sebelum diberikan pakan lagi, supaya sisa-sisa pakan
tersebut tidak menumpuk, membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap karena
itu bisa mengurangi nafsu makan dari ternak kambing.
4. Frekuensi
pemberian pakan ditambah, dengan pemberian pakan dilakukan antara 3-4 kali
sehari dengan tujuan supaya konsumsi pakan ternak kambing jadi meningkat dan
untuk meminimalisir sisa pakan yang dibuang.
5. Pengawasan
terhadap induk laktasi dilakukan secara intensif agar mudah terkontrol dan
mudah ditangani jika terjadi suatu hambatan pada saat ternak melahirkan maupun
menyusui.
1.
2.
3.
j
TABEL
1 Pertumbuhan bobot badan cempe
|
No.
|
Induk
|
Cempe
|
Bobot Badan Pada Minggu Ke- (kg)
|
||||||
|
BB Awal
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
|||
|
1
|
A
|
C1
|
2,2
|
3,0
|
4,0
|
4,9
|
5,8
|
6,6
|
7,4
|
|
C2
|
1,5
|
2,3
|
3,1
|
4,0
|
4,8
|
5,7
|
6,5
|
||
|
C3
|
1,5
|
2,1
|
2,9
|
3,6
|
4,4
|
5,1
|
5,9
|
||
|
2
|
B
|
C4
|
2,0
|
2,8
|
3,8
|
4,7
|
5,5
|
6,3
|
7,3
|
|
3
|
C
|
C5
|
2,7
|
3,3
|
4,5
|
5,2
|
6,0
|
6,8
|
7,7
|
|
C6
|
2,0
|
2,7
|
3,5
|
4,3
|
5,2
|
6,0
|
6,9
|
||
|
4
|
D
|
C7
|
3,0
|
4,0
|
4,9
|
5,8
|
6,7
|
7,6
|
8,5
|
|
5
|
E
|
C8
|
1,9
|
2,7
|
3,5
|
4,3
|
5,2
|
6,0
|
6,8
|
|
6
|
F
|
C9
|
2,5
|
3,2
|
4,0
|
4,8
|
5,7
|
6,6
|
7,4
|
|
C10
|
3,0
|
3,8
|
4,7
|
5,6
|
6,4
|
7,2
|
8,1
|
||
|
7
|
G
|
C11
|
3,0
|
3,8
|
4,6
|
5,4
|
6,2
|
7,0
|
7,9
|
|
|
|
C12
|
3,0
|
4,0
|
4,8
|
5,7
|
6,5
|
7,3
|
8,2
|
|
8
|
H
|
C13
|
2,7
|
3,6
|
4,5
|
5,5
|
6,4
|
7,3
|
8,1
|
|
9
|
I
|
C14
|
3,5
|
4,4
|
5,5
|
6,4
|
7,4
|
8,3
|
9,1
|
TABEL 2 Bobot badan induk
|
NO
|
Induk
kambing
|
BB Awal
|
BB
Akhir
|
|
1
|
A
|
56
|
39
|
|
2
|
B
|
50
|
40
|
|
3
|
C
|
55
|
42
|
|
4
|
D
|
60
|
46
|
|
5
|
E
|
40
|
32
|
|
6
|
F
|
49
|
39
|
|
7
|
G
|
55
|
41
|
|
8
|
H
|
56
|
44
|
|
9
|
I
|
54
|
43
|
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Jumlah ternak kambing di Peternakan Kambing
“Gopala” tergolong cukup banyak dan cepat berkembang jika dilihat dari tahun
berdirinya dan jumlah kambing yang ada sekarang setelah dilakukan beberapa kali
penjualan.
2.
Sistem pemeliharaan yang diterapkan di
Peternakan Kambing “Gopala” adalah sistem pemeliharaan semi intensif dalam arti dibiarkan berkeliaran didalam
kandang, namun terkontrol, diberikan konsentrat dan sistem perkandangannya
memudahkan dalam pemberian pakan ternak serta memantau kesehatan ternak.
3.
Pakan yang diberikan kepada ternak kambing PE di
Peternakan Kambing “Gopala” merupakan limbah-limbah industri kecil yang
dianggap sampah yang mencemari lingkungan sepeti rerontokan gorengan, kulit
pisang, kulit ubi dll. Dengan menajmen itu di Peternakan kambing ini bisa
menekan biaya pakan.
4.
Manajemen kesehatan terhadap induk dan anak kambing
(cempe) di Peternakan Kambing “Gopala” cukup baik, hal ini terlihat dari
ketersedian obat-obatan serta peralatan untuk melakukan pengobatan terhadap
ternak yang sakit, sehingga penanganan ternak yang sakit dapat dilakukan
secepat mungkin.
4.2 Saran
1.
Peternakan Kambing “Gopala” hendaknya memiliki
seorang pegawai supaya lebih terkontrol/teratur pakan yang diberikan, dan
pengontrolan terhadap kesehatan ternak,
karena Peternakan Kambing “Gopala” ini sudah tergolong besar mengingat
jumlah kambingnya yang sekarang hampir mencapai 103 ekor.
2.
Kebersihan kandang di Peternakan kambing
“Gopala” harus selalu diperhatikan, supaya lingkungan kandang tetap bersih dan
kondusif bagi ternak yang dipelihara, serta menghindari timbulnya berbagai
penyakit yang dapat merugikan peternak itu sendiri.
3.
Tempat pakan seharusnya tetap dibersihkan
sebelum diberikan pakan lagi, supaya sisa-sisa pakan tersebut tidak membusuk
dan mengeluarkan bau yang mengurangi nafsu makan ternak kambing.
4.
Untuk meminimalisir sisa pakan perlu dilakukan
penambahan frekuensi pemberian pakan, disamping untuk meningkatkan konsumsi
pakan
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2008 . Kambing
Perah.
( diakses pada tanggal 16 april 2014 ).
Anonim, 2009. Penyakit
Umum Yang Menyerang Pada Kambing.
http://klinikhewan09.wordpress.com ( diakses pada
tanggal 16 april 2014 ).
Arif, 2010. Penanganan Proses
Kelahiran Pada Ternak Kambing. Penanganan
Proses Kelahiran Pada
Ternak.
Penanganan Proses Kelahiran Pada Ternak Kambing Kandang Bambu Management.html ( diakses pada
tanggal 16 april 2014 ).
Asih, A.R.S. 2004. Manajemen
Ternak Perah. UNRAM Press. Mataram.
Devendra
C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB. Bandung .
Ginting, Simon P.2009. Pedoman
Teknis Pemeliharaaan Induk dan Anak Kambing
Masa
Pra-Sapih. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatra Utara.
Muljana,
W, 2001. Cara Beternak Kambing. CV.
Aneka Ilmu. Semarang .
Mulyono,
S. 2003. Ternak Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke-V. Penerbit; PT. Penebar Swadaya. Jakarta .
Mutakim, Zainal, Ciri
ciri dan informasi mengenai Kambing Etawa (PE).
http://peternakankambingberdikari.blogspot.com/
Sarwono,
B. 1991. Beternak Kambing Unggul. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta .
---------------. 1999. Beternak
Kambing Unggul. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta .
Sarwono, D dan Matnur, R. 1993. Sifat
Produksi dan Produktifitas Kambing Lokal. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan Universitas Mataram. Mataram.
Setiawan, T. dan Tainus, A. 2003.
Beternak
Kambing
Perah Peranakan Ettawa.
Penebar Surabaya. Jakarta .
Simon,
P. Ginting. 2009. Pedoman
Teknis Pemeliharaan Indukan dan Anak Kambing Masa Pra-sapih. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Sumatera Utara.
Sinderejo,
S., 1996. Pedoman Pemeliharaan Kambing Perah. Balai Pustaka. Jakarta .
Sodiq,
A.dan Abidin, Z.2002. Kambing Peranakan Ettawa Penghas Susu Berkhasiat Obat. PT. Agro Media
Pustaka.Tanggerang.
Sosoroamidjojo,
M.S. 1984. Ternak Potong dan Kerja. CV.
Yasa Guna Jakarta. Jakarta .
Williamson
dan Payne. 1993. Animal Feeding and Nutrition. Seventh Edition. Kendal/Hunt Publishing Company, Dubuque .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar